๐ Webnovel Anti Drama Platform ๐ Buat kamu yang bosan dengan chapter berbayar, kamu bisa temukan dan BACA novel dewasa romantis Bahasa Indonesia secara ONLINE hanya di sini. Cerita baru sudah tersedia. Chapternya lengkap, GRATIS, tanpa download aplikasi, tanpa log in, tanpa koin, tanpa langganan premium, dan update tiap hari๐ฅณ
Ch. 120 - Fearless
Vivian Salim masih duduk di tempat yang sama, menyaksikan gadis itu berlalu begitu saja hanya dengan mainan rusak di tangannya setelah mengatakan hal-hal yang membuatnya sempat menahan nafas beberapa saat. Dan begitu ia menghembuskannya, itu adalah sebuah dengusan yang keras, seolah tadi begitu menegangkan, seolah tadi ia baru saja menghadapi kematiannya namun takdir telah membelokan kematian itu ke arah yang lain.
Belum terlambat untuk sebuah perubahan rencana.
Dengan cepat ia mengambil handphone-nya lagi lalu mulai menghubungi seseorang.
“Kellan, batalkan saja,” dia berkata di telepon. “Jangan beritahu Harish tentang ini.”
Sementara Pak Rudy masih menyaksikan kepergian Sabine yang menyisakan rasa bersalah. Ia terus memandanginya sampai tak sadar Vivian Salim telah menegurnya.
“Tante tahu kamu merasa tidak nyaman dengan ini,” katanya. “Tapi, lebih baik kita mengabaikannya untuk sementara. Dan juga katakan pada ibu kamu supaya tenang. Rencananya tidak berhasil... gadis itu menolak semuanya. Tapi kita akan memikirkan jalan keluarnya nanti.”
Pak Rudy menatap atasannya itu.
“Menyaksikannya hidup seperti itu... saat ini saya merasa... lebih baik dia tidak selamat dalam kecelakaan itu,” katanya.
Daripada kemudian Sabine menginginkan kematiannya sendiri karena tak ingin hidup dalam penghinaan selama sisa hidupnya.
Vivian Salim terdiam; ia tampak enggan menanggapi ucapan asisten pribadinya itu.
“Saya kasihan padanya karena dia tidak tahu apa pun... dan sama sekali tidak menyadari... alasan Roland menerimanya bekerja di Athlon,” kata Pak Rudy lagi. “Begitu juga dengan Harish yang mengira bahwa itu hanya kebetulan.”
Kesalahpahaman Sabine dan Harish belum benar-benar berakhir. Pertemuan kembali mereka di Athlon bukan kebetulan semata seperti yang mereka percayai –melainkan bagian dari rencana jangka panjang Roland untuk menjadi orang terakhir yang akan tertawa paling keras dalam permainan.
“Harish berada di masa-masa pentingnya saat ini,” kata Vivian Salim. “Jika dia sampai tahu sebelum saatnya tiba, Roland akan menang. Tujuan dia ‘mengundang’ gadis itu masuk akhirnya tercapai.”
“Apa Ibu tidak akan melakukan sesuatu tentang Roland saat ini? Bagaimana kalau dia mulai mempengaruhi Sabine? Dengan situasi saat ini, kita juga tidak mungkin menjauhkan Sabine dari Harish.”
Vivian Salim diam lagi. Hanya menatap Pak Rudy dengan gusar.
“Orang itu tahu terlalu banyak. Sampai detik ini dia masih diam dan menunggu saat yang tepat untuk meledakan bom waktu yang sudah dia sebar di sekitar kita.”
Roland telah mengetahui apa yang seharusnya tidak dia ketahui.
“Tapi, Bu Vivian, apa yang akan Ibu lakukan setelah Harish mengetahui semuanya?”
“Itu lebih bagus. Meskipun nanti hatinya akan hancur, tapi setidaknya setelah itu ia punya alasan kuat untuk mengakhirinya,” balas Vivian Salim lagi. “Gadis itu adalah takdir yang buruk. Sama seperti ibunya. Wajah dan sifat mereka... seperti pinang dibelah dua.”
Tapi, Vivian juga meragukannya.
Sabine memilih untuk tidak bersikeras terhadap Harish dan menyerah. Bukan memaksakan dirinya untuk memiliki apa yang tidak diperuntukan baginya. Meski benci mengakuinya, namun itu benar. Karena itu adik iparnya, Esther, berusaha melindungi gadis itu sampai akhir –persis seperti yang dulu pernah dilakukannya.
Jika bukan karena Esther, Sabine juga akan menemui ajalnya seperti ibu dan kedua adiknya.
Akan tetapi, gadis itu memang terlihat lebih waras bila dibandingkan ibunya. Tampaknya dia tak benar-benar menginginkan Harish. Justru Harish yang tampak sama seperti ayahnya; obsesif dan impulsif.
“Saya khawatir, begitu dia tahu semuanya, dia akan menemui Roland dan menjadi bagian dari rencana pembalasan.”
Sabine memang terlihat menyedihkan, namun sikap anehnya itu terkesan cukup mengerikan. Bagi Pak Rudy, itu memang mirip dengan ibunya.
Pak Rudy mulai punya firasat buruk sejak kedua anak itu mengulangi kesalahan yang sama yang orang tua mereka lakukan. Dan itu semakin bertambah, ketika ia mengetahui Sabine telah tumbuh menjadi seorang gadis yang begitu pahit; tidak memiliki apa pun lagi, justru membuat gadis itu sama sekali tak punya rasa takut.
Ada satu hal yang tak bisa dihindari; takdir yang buruk yang selalu Vivian takutkan akan putranya. Cinta akan membuatnya bertekuk lutut pada Sabine –menjadi sebuah karma yang menakutkan. Cinta itu jugalah nanti yang akan memberi Sabine kekuatan untuk bisa membalas apa yang telah terjadi kepadanya; juga keluarganya.
Harish bisa saja hanya akan menjadi alat baginya.
***
Sukak. Pas buka blog udh update bnyak chapter baru
\(*•*)/
Posting sebaiknya sekali yg banyak.
Kalau sedikit² dan terlalu lama ada kemungkinan membuat orang malas menunggu dan akan beralih ke novel atau cerita lain yg sudah tersedia lengkap sampai tamat.