๐ Webnovel Anti Drama Platform ๐ Buat kamu yang bosan dengan chapter berbayar, kamu bisa temukan dan BACA novel dewasa romantis Bahasa Indonesia secara ONLINE hanya di sini. Cerita baru sudah tersedia. Chapternya lengkap, GRATIS, tanpa download aplikasi, tanpa log in, tanpa koin, tanpa langganan premium, dan update tiap hari๐ฅณ
Ch. 124 - Rage of Fire
“Apa kamu masih kecewa padaku karena aku tidak sesuai dengan harapan dari pikiran naif yang ada di kepala kamu?” tanya Harish. “Kenyatannya, aku memang tidak bisa menjadi sama naifnya dengan kamu seperti halnya kamu yang tidak bisa berpikir sedikit lebih terbuka.”
“Aku tidak pernah meminta kamu harus begini atau begitu. Kenapa kamu selalu memutarbalikan keadaan menjadi salahku? Sudah cukup, Harish. Kalau cara berpikir kita memang tidak cocok, ya sudah! Jangan terus memaksaku menerima semua logikamu!”
“Lalu kenapa kamu menyukaiku? Kamu menyukaiku untuk apa? Uangku? Kepribadianku? Tubuhku? Kamu tidak suka uangku karena kamu naif dan hanya mengharapkan cinta dan cinta. Aku juga yakin kamu benci kepribadianku karena aku memang brengsek. Kamu juga tidak menikmati seks yang pernah kita lakukan dan itu seperti sebuah penghinaan bagiku karena kamu tidak sedikitpun mau memandangku, bahkan setelah kamu puas. Lalu apa?”
Semua pertanyaan itu tak bisa ia jawab. Sabine menyukainya karena... entah... ia juga tidak tahu. Tidak ada alasan. Itu... hanya terjadi begitu saja. Tapi, berdebat tak pernah begitu menguras perasaan seperti ini. Sabine lagi-lagi merasa begitu depresi bicara dengannya.
“Aku sangat kecewa atas perlakuan buruk kamu terhadapku selama ini. Termasuk yang hari ini. Kamu menggedor pintu tengah malam hanya untuk menggangguku!” tandas Sabine berteriak. “Siapa yang tahu isi kepala kamu sebenarnya?! Kamu selalu berpikiran kotor setiap bertemu denganku!”
“Aku terpaksa melakukannya karena kamu membuatku hilang akal!”
“Ya Tuhan, Harish, apa sulitnya mengucapkan maaf kalau kamu memang menyesalinya?!”
Sabine benar-benar terlihat sangat membingungkan.
“Baik, kalau begitu aku minta maaf. Bukankah aku pernah mengatakan bahwa aku menyesal?”
“Memang. Tapi, kamu tidak benar-benar menyesalinya! Sekarang, berhentilah mengatakan omong kosong di depanku.”
“Omong kosong?”
“Tidak apa-apa jika kamu tidak bisa mencintaiku tapi berhentilah menyakiti perasaanku! Apa itu terlalu sulit?! Apa permintaanku terlalu banyak?!”
Harish diam. Memandangi Sabine yang tampak aneh; sepertinya gadis itu benar-benar tidak tahu apa yang sedang dia katakan.
“Pergi!” Sabine menghardik sambil menunjuk ke pintu.
“Cinta, cinta, cinta. Kamu selalu saja mempermasalahkannya. Apa kamu buta?” tanya Harish kembali mendekat.
“Keluar!” teriak Sabine parau; ia mulai punya firasat bahwa pria itu akan kembali memaksanya
“Cinta macam apa lagi yang kamu mau, hah?!”
“Keluar!” teriak Sabine lagi.
“Aku tidak akan pergi sebelum aku benar-benar bisa membuat kamu mengerti,” kata Harish lagi, menarik lengannya dengan kasar.
Sama seperti waktu itu; ketika Harish diliputi kemarahan yang sangat ketika ia merusak barang-barang Sabine dan nyaris saja menyentuhnya jika saja Jessica tidak datang. Itu kegilaan yang sama; itu adalah jenis amarah yang sama, saat ia mengejarnya dan langsung menangkap tubuh Sabine yang belum pulih sepenuhnya tanpa perlawanan.
“Sudah cukup, Harish! Jangan lagi!” Sabine berteriak di dalam dekapannya saat pria itu menyeretnya melewati ruang tamu hingga ke kamarnya sendiri.
“Aku juga tidak ingin kita seperti ini tapi kamu selalu membuatku hilang akal!” kata pria itu melemparnya ke ranjangnya sendiri dengan cukup kasar.
“Jangan... aku mohon...,” pinta Sabine dari atas tempat tidurnya; ketakutan, seperti waktu itu saat Harish datang padanya sambil mempreteli kancing kemeja putihnya lalu membuangnya bajunya ke lantai.
“Aku sudah menyerah. Apa kamu tidak melihatnya?” balas pria itu mendekat dan mencengkram lengannya dengan kasar. Ia mendongakkan wajahnya kepada Sabine yang mulai menangis ketakutan. “Atau kamu benar-benar ingin tahu bagaimana caraku mencintai?”
“Kenapa kamu harus selalu memaksaku seperti ini?” rengek Sabine sambil bangkit dari ranjangnya dan berusaha mendorong Haris yang sudah begitu dekat dan pria itu ingin mencium paksa dirinya.
“Karena kamu memang selalu suka dipaksa. Padahal apa susahnya kamu juga menyerah padaku dan aku akan melakukannya dengan lebih baik,” oceh pria itu dengan kedua tangannya yang mencengkram kepala Sabine untuk menunjukkan semua yang ada di pikirannya saat ini. “Tapi, sepertinya kamu menyukai ketegangan saat aku melakukannya dengan penuh emosi.”
Satu ciuman keras yang tak bisa dihindari oleh Sabine saat tubuhnya terhempas dan pria itu menindih sebagian tubuhnya.
“Jangan seperti ini… aku mohon…,” pinta Sabine yang “Aku baru saja sembuh….”
“Bagus kalau kamu sudah sembuh. Berarti kita bisa melakukannya lagi,” kata pria itu tak berperasaan. “Kalau setelah ini kamu sakit lagi, aku hanya tinggal mengantar kamu ke dokter dan memastikan kamu dirawat dengan baik sampai sembuh. Aku bisa membayar dokter terbaik mana pun jika diperlukan!”
“Harish… aku mohon… lepaskan aku….”
Pria itu menggeleng dengan senyum bengis di wajahnya.
“Aku sudah pernah mengatakannya bahwa sejak kamu meninggalkanku, aku tidak melakukannya lagi dan bisa kamu bayangkan betapa tersiksanya aku karena menunggu? Aku benci menunggu untuk sesuatu yang sudah menjadi milikku. Tapi, begitu aku datang kamu kembali bersikap menjengkelkan.”
Sabine memalingkan wajahnya begitu pria itu ingin menciumnya lagi; tubuhnya tak bisa bergerak namun ia masih menunjukan perlawanan dengan terus berpaling. Begitu Harish mendapatkan kembali bibirnya, dengan putus asa Sabine malah menggigitnya –itu langsung menghentikan Harish yang terkejut oleh sensasi pedih menyengat di bibirnya.
Pria itu menarik dirinya dan melihat bercak darah di bibir Sabine yang terbuka oleh nafasnya yang ternegah-engah. Dan saat ia mengusap bibirnya sendiri, ia mendapati jarinya berlumuran darahnya sendiri.
“Kamu memang suka kekerasan ya?”
Aaaa aku suka..aku suka.. sering2 upload 1 scene kak, biar gk kentang. upload tiap hari ya… semangattt thorr. “Apa kamu buta?” Gini ya Harish, kaum cewe itu jgn dibikin menebak2, cukup blg dengan gamblang aja i love you gitu. Sabine itu masih usia labil, bocil, cara pikirnya gk seperti ente. Gemesss
Terima kasih update nya. Ditunggu kelanjutannya. Sehat selalu kakak author๐คฉ
Apakah msh ada harapan bahwa ini akan di lanjut๐ฅบ
lanjuuut Min
suka sekali alur ceritanya, selalu menunggu kelanjutannya.
Sangat mengharapkan cerita ini update ๐ฉ Kakak penulis dimana kau? Apa kau baik-baik saja? Smangat yahh ๐๐ป๐๐ป๐๐ป