[Ch.111] MY EVIL BOSS: NOTHING IN BETWEEN - Baca Novel Dewasa 21+ Online

๐Ÿ˜Ž Webnovel Anti Drama Platform ๐Ÿ˜Ž Buat kamu yang bosan dengan chapter berbayar, kamu bisa temukan dan BACA novel dewasa romantis Bahasa Indonesia secara ONLINE hanya di sini. Cerita baru sudah tersedia. Chapternya lengkap, GRATIS, tanpa download aplikasi, tanpa log in, tanpa koin, tanpa langganan premium, dan update tiap hari๐Ÿฅณ

Ch. 111 - Poisoned

“Sebenarnya Sabine tidak perlu sampai seperti itu,” gerutu Maika. “Dia menjauhi kita semua hanya supaya kita tidak terlibat masalah....”

Leon diam saja; ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tak pernah menceritakan apa pun yang dia ketahui dan lihat pada siapapun demi Sabine. Meski ini salah; ada sesuatu yang tetap tak bisa berdamai dengannya.  Tapi, setiap mendengar nama Sabine disebut, ia akan ingat dengan sosok Harish yang menakutkan. Ia penasaran dengan apa saja yang dibicarakan kedua orang itu setelah ia pergi meninggalkan ruangan.

“Ada yang aneh...,” komentar Randy.

Benar.

Gadis itu terlihat bekerja seperti biasanya; tapi tak ada yang berubah darinya. Ia tetap murung dan semakin menyendiri. Sabine selalu menolak ajakan Maika untuk makan siang di kafetaria seperti biasanya. Tapi ia masih kelihatan sakit; lemas dan pucat. Meski ia menyembunyikannya dengan make up, namun kali ini benar-benar tampak sakit. 

Beberapa kali berpapasan dengannya secara kebetulan, gadis itu hanya tersenyum sewajarnya dan berlalu. Dan gunjingan orang-orang tentangnya tak pernah padam. 

Saat Leon sedang mengantri untuk memesan makan siang, ia mendengar sekelompok pegawai menyebut nama Sabine lagi. Salah seorang dari mereka memberitahu yang lainnya tentang sesuatu yang ia lihat di luar –Sabine yang sedang memeriksakan dirinya ke klinik obgyn. Tak lama kabar itu menyebar seperti bangkai busuk. Sebagian orang menanggapinya sebagai hal yang besar, sebagian lagi biasa saja –bukan sesuatu yang aneh seorang gadis memeriksakan dirinya ke dokter kandungan. 

Semua tidak selalu tentang kehamilan. Maika sudah memberitahunya bahwa selama dua minggu ini, Sabine menderita keram perut parah saat datang bulan. Ia beberapa kali tidak masuk kerja karena penyakit itu membuatnya tidak bisa beraktivitas dengan normal seperti biasanya.

Tapi, Leon masih khawatir. Tidakkah kabar itu membuat Sabine kembali merasa frustasi karena dirinya benar-benar sendirian?

Di sisi lain, sebenarnya Sabine sudah mulai kebal. Sambil menenggak obat-obatan yang ia dapatkan dari klinik yang dosisnya hampir habis, ia melirik datar pada rekan kerjanya yang sudah pasti sedang membicarakannya lagi.

Orang yang melihatnya berada di klinik, menyebarkan gosip baru di kantor; seseorang telah menghamilinya dan mengalami pendarahan yang parah karena keguguran. Padahal itu hanya karena ia menstruasi selama lebih dari tujuh hari berturut-turut dengan jumlah yang lebih banyak dari biasanya dengan nyeri yang juga terasa lebih parah. Setiap harinya ia harus mengganti pembalut dua atau tiga jam sekali. 

Konsultasi yang cukup intens dengan dokter spesialis membuatnya gugup dengan pertanyaan pribadi apakah ia memiliki hubungan seksual aktif. Dokter memberitahunya bahwa penyakit yang dideritanya bisa jadi disebabkan oleh gangguan hormon karena stress atau alat kontrasepsi –pil-pil kecil bernomor itu. Padahal sudah cukup lama ia tidak meminumnya. 

Dokter menyebutnya penyakit Menorrhagia. Sabine telah menjalankan tes darah yang membuktikan bahwa ia juga terserang anemia. Dan pada akhirnya memberikan obat-obatan untuk pembekuan darah, antiinflamasi,  zat besi, serta... pil kontrasepsi kombinasi untuk mengatur siklus dan mengurangi banyaknya darah saat datang bulan.

Handphone-nya berbunyi; Esther. Ia mengabaikan pergunjingan tentang dirinya yang terjadi di depan mata kepalanya dengan mengangkat panggilan itu.

Sabine lupa ia sempat bertemu dengan teman lama ibunya itu saat ia sedang mengantri di klinik obgyn. 

Wanita itu ternyata bertugas di sana dan Sabine baru tahu kalau Esther seorang dokter. Hari itu mereka tidak bisa mengobrol banyak dan hanya sempat untuk bertukar nomor telepon. Benar saja, wanita baik itu akhirnya menghubunginya setelah dua minggu berlalu.

“Sabine, apa kamu sudah lebih baik sekarang?” ia bertanya dari seberang sana.

“Ya, Tante... aku sudah masuk kerja lagi,” jawab Sabine tenang.

“Syukurlah. Tante masih khawatir karena waktu itu kamu pucat sekali,” jelas wanita itu terdengar begitu perhatian.

“Terima kasih, Tante...,” ucap Sabine, tersenyum. “Sekarang pendarahannya sudah berhenti dan hanya tinggal menunggu siklusnya berhenti.”

Sudah lama tak ada yang memperhatikannya seperti itu.

“Hari Sabtu nanti kamu ada waktu?” tanya Esther lagi. “Kamu libur ‘kan?”

“Iya, Tante. Aku libur...,” jawab Sabine ragu-ragu.

“Baguslah. Tante ingin mengajak kamu ke rumah supaya kita bisa mengobrol lebih lama,” ajak dia. “Bagaimana?”

Sabine sedikit ragu; tapi mungkin tidak ada salahnya menghargai seseorang yang sudah berbaik hati padanya. Dan lagi pun, Esther adalah sahabat ibunya. Seharusnya tidak ada masalah dengan itu. Mungkin dia akan tahu banyak hal tentang mendiang ibunya yang tak pernah diceritakan sang Mama ketika ia masih hidup. Sedikit nostalgia tentang ibunya mungkin akan mengobati kerinduannya.

“Baik, Tante...,” Sabine pun menyetujuinya.

“Tante akan memasak yang enak untuk kamu.”

“Ah, Tante tidak perlu repot-repot begitu.”

“Tidak apa-apa. Kamu kurus sekali, Sabine. Kamu pasti tidak makan dengan benar karena kamu sibuk bekerja.”

“Tidak juga, Tante....”

“Ya sudah. Hari Sabtu. Tante akan menjemput kamu. Oke?”

Akan tetapi hari Sabtu masih tiga hari lagi dari sekarang. Sabine punya ketakutan bahwa ia tidak akan bisa melewati hari-hari menjelang akhir pekan dengan aman.

Handphone-nya kembali berdering. Telepon dari Harish.

Pria itu sudah berusaha menghubunginya belakangan ini akan tetapi ia terus mengabaikannya. Begitu juga dengan pesan-pesan yang ia kirimkan untuk sekedar menanyakan keadaannya setiap saat. Dalam pesan itu juga, Harish memberitahunya bahwa ia sedang berada di Tokyo lagi.

Saat telepon itu berbunyi untuk yang kedua kalinya, Sabine memutuskan untuk mengangkatnya. Rasanya ia sudah bersikap kejam terhadap lelaki itu akhir-akhir ini.

“Ya...,” jawab Sabine, suaranya agak keras walaupun secara fisik ia masih lesu.

“Apa yang dokter katakan?” tanya Harish lagi, terdengar perhatian sekali.

“Menorrhagia,” jawabnya.

“Apa itu?”

“Pendarahan berlebihan dan aku... terkena anemia.... Tapi, dokter sudah memberiku obat dan aku merasa sedikit lebih baik sekarang,” jelasnya.

“Aku akan pulang dalam minggu ini,” kata Harish kemudian. “Kamu ingin sesuatu?”

“Tidak, terima kasih. Kamu tidak perlu mengganti barang-barangku yang sudah masuk tong sampah dengan banyak sayatan pisau cutter,” celetuk Sabine. “Jangan repot-repot. Aku tidak akan memakai barang-barang mahal lagi seumur hidupku.”

Karena barang-barang mahal dari Roland dan Jessica-lah yang membuat Harish salah paham dan menghukumnya dengan kejam. Jika kemudian ia memakainya lagi, itu juga akan menimbulkan masalah baru.

“Aku hanya ingin memberikan kamu hadiah. Apa itu salah?” celetuk Harish, dia terdengar agak kesal.

“Aku harus bekerja sekarang. Dah!” kata Sabine, cepat-cepat menyudahi panggilan teleponnya.

Sedetik setelah ia mengakhiri pembicaraan di telepon, ia menghembuskan nafas lega.


****

Hai, hai! Sesi curhat chapter baru lagi ygy.

Kayaknya semua udah diomongin ya. Tapi, kali ini aku ingin tahu bagaimana tanggapan kalian tentang revisi terbaru ini. Dari hari ke hari, yang comment masih jarang ya. Nggak ngerti, apa karena kalian keasyikan next-next aja sampai lupa atau nggak bisa merangkai kata-kata.

Nah berhubung aku post chapter baru 1 / hari jadi  kalian nggak bisa langsung next dan menyempatkan diri untuk berkomentar sebelum di close. 

Tanyakan apa pun dan aku bakal jawab di sesi curhat chapter berikutnya. Jangan lupa kasih aku masukan, kritik yang membangun atau koreksi kalau ada yang typo. Semoga penulisan yang sudah rapi semaksimal mungkin ini membuat kalian semakin betah.

Terima kasih, V
Dear readers tersayang, jangan lupa untuk support aku dengan share link blog ini biar makin banyak yang main ke sini untuk baca-baca. Untuk yang pingin support lebih jauh kalian bisa klik iklan --jangan bom klik (cukup sekali saja) dan ini GRATIS ya. Buat readers yang ingin memberikan donasi, kalian bisa beliin aku cendol aja via Trakteer. Apa pun bentuk dukungan kalian baik berupa share, comment, klik iklan atau donasi sangat berarti untuk blog ini. Sekaligus penyemangat buat aku  agar tetap menulis dan bisa memberikan cerita gratis untuk kalian. Terima kasih. V
Posted by
Home Stories Wattpad Instagram Facebook TikTok Threads
Tautan disalin

Komentar

3 comments

    • avatar Ikey_cempluk says:

      Thank you update ya. Suka dgn versi yg baru, lebih "ramah" dan alurnya jadi making smooth. Ditunggu update kakak author๐Ÿคฉ

      • avatar Anonim says:

        Hai Kak.. Smoga tetap semangat yah update ceritanya.. Aku sangat menantikan loh cerita yang luar biasa dari Kakak ๐Ÿ™๐Ÿป๐Ÿค—