๐ Webnovel Anti Drama Platform ๐ Buat kamu yang bosan dengan chapter berbayar, kamu bisa temukan dan BACA novel dewasa romantis Bahasa Indonesia secara ONLINE hanya di sini. Cerita baru sudah tersedia. Chapternya lengkap, GRATIS, tanpa download aplikasi, tanpa log in, tanpa koin, tanpa langganan premium, dan update tiap hari๐ฅณ
“Halo?” Arun mengangkat
telepon itu dengan malas.
Patutnya ia heran kenapa
tiba-tiba Onny menelpon. Biasanya tidak pernah walaupun dia sudah berjasa
membawa Talisa ke dalam hidupnya yang sebelum ini datar-datar saja serta penuh
dengan kekhawatiran akan patah hati. Sepupunya itu pasti menelponnya karena
Talisa bercerita padanya tentang pertengkaran mereka beberapa hari lalu dan
sejak itu Talisa seperti penderita autis yang sibuk dengan dunia sendiri sekali
pun Arun ada di dekatnya.
“Di rumah,” jawabnya,
sebal lalu mendecak. “Ada apa?”
“Dua hari ini aku coba
telepon Talisa tapi tidak pernah masuk,” jelasnya, kali ini terdengar khawatir.
“Perasaanku tidak enak, Run. kamu tahu dia kenapa?”
Arun cukup kaget. Talisa?
Dua hari tidak bisa dihubungi? Untuk ukuran perempuan sesibuk dia, telepon
tidak bisa dihubungi itu bisa membuat orang-orang di kantornya histeris! Merajuk
haruskah sampai seperti ini?
“Jangan mengaku bahwa dua
hari ini kalian saling tidak bicara,” celetuk Onny tiba-tiba.
Ya, benar. Dua hari ini
mereka tidak bertemu. Dan tiga hari sebelumnya lagi mereka sudah tidak saling
berkomunikasi. Arun menghindarinya sementara waktu hanya supaya mereka tidak
bertengkar. Terpaksa. Bicara dengan Talisa memang sulit. Berdebat dengannya tak
pernah bisa menang; perempuan memang begitu tapi Talisa dia jauh lebih rumit.
Talisa seringkali membuatnya merasa bodoh. Harus diakuinya, perempuan itu
pintar. Kalau tidak, dia tidak akan menjadi seorang manajer di usia muda.
“Aku akan menelponnya,”
hanya itu yang dia katakan pada Onny sebelum sepupunya itu kembali
menasehatinya agar lebih peduli dengan perasaan perempuan. Bukan mengutamakan
ego di atas segalanya bahkan di saat Talisa sudah menangis darah di hadapannya.
Paling menyebalkan, Onny mengatainya tidak tahu diri. Banyak lelaki yang suka
pada Talisa, tapi dari sekian banyak orang yang mapan, Talisa malah memilih
dirinya.
Memang pertemuan pertama
mereka sangat unik. Di toilet gedung tempat resepsi pernikahan Onny di mana
saat penyakitnya kambuh, ia dihampiri seorang perempuan cantik yang takut
dengan darah tapi menemaninya di rawat di rumah sakit setelah hari itu. Arun
memang langsung menyukainya dan tanpa basa basi mengajaknya pacaran dan Talisa
menerimanya tanpa syarat. Teman-temannya bilang, itu adalah sebuah
keberuntungan. Tapi, mereka tak pernah tahu, Talisa yang kelihatan sangat
berpendirian itu menyimpan banyak rahasia.
Untuk sederhananya saja,
ketika Arun bertanya kenapa dia takut darah, Talisa tak mau menceritakannya. Seakan
ada kejadian yang begitu traumatis tentang melihat darah yang tak ingin dia
ungkapkan. Tapi, Arun adalah orang terdekatnya saat ini dan sangat identik
dengan darah. Ketika penyakitnya kambuh, batuknya akan mengeluarkan darah yang
tidak sedikit. Arun tak yakin Talisa bisa tahan dengan itu jika hidup
bersamanya.
Keingintahuan Arun
semakin besar saat tanpa sengaja saat berkunjung ke rumah Onny, ia mendengar
Onny dan ibunya membahas tentang Talisa hanya karena sekarang Arun berpacaran
dengannya. Onny dan Talisa sempat berselisih karena seseorang sampai Onny
berhenti bekerja dan pergi merantau bersama kakaknya. Dengar-dengar orang itu
adalah cinta pertamanya Talisa.
Awalnya, Arun tak pernah
mempermasalahkan itu. Semua orang punya masa lalu tentang cinta pertama. Tapi,
itu mulai sedikit menggelisahkan karena begitu melihat Arun mereka langsung
berhenti cerita. Untuk apa mereka menutupinya? Toh, itu masa lalu. Tapi, mereka
menimbulkan kesan bahwa cerita masa lalu Talisa itu sangat berbahaya untuk dia
dengar. Memangnya ada apa?
Arun bukan tipe
pencemburu. Dia mempercayai Talisa karena mereka bertemu setiap hari walaupun
hanya beberapa jam. Dia bisa membuka ponsel Talisa untuk mengetahui isinya
kalau dia mau dan sebaliknya. Tidak ada satu pun yang harus disembunyikan.
Bahkan Arun bisa dengan gamblang menceritakan tentang pacar-pacarnya yang dulu
dan Talisa menanggapinya dengan canda tawa dan ledekan. Talisa juga tidak
pernah cemburu. Hanya saja Talisa kurang terbuka tentang masa lalunya. Dia
hanya berkata bahwa dia lebih sering meninggalkan daripada ditinggalkan dan
sekali ditinggalkan, dia benar-benar hancur. Arun pernah tahu laki-laki yang
pernah merenggut segalanya dari Talisa dan karena paham itu terlalu
menyakitkan, dia tak pernah bertanya lagi.
Tapi, niat untuk tahu
lebih banyak timbul setelah dia mendengar nama ‘Chakka Adhyaksa’ –dan Talisa
mengakui bahwa laki-laki itulah yang membuatnya hancur. Tapi, Talisa selalu
mengulanginya ‘Aku tidak mencintainya seperti aku mencintai kamu sekarang,
Arun...’. Hanya saja, sosok di masa lalu itu sepertinya selalu saja mengganggu
karena Arun merasa bahwa terkadang Talisa mengharapkan dirinya agar bisa
seperti Chakka. Tentu itu mustahil dan Arun merasa tak berguna.
***

Sudah berakhirkah kisahnya,,,,kok terputus begitu aja???