๐ Webnovel Anti Drama Platform ๐ Buat kamu yang bosan dengan chapter berbayar, kamu bisa temukan dan BACA novel dewasa romantis Bahasa Indonesia secara ONLINE hanya di sini. Cerita baru sudah tersedia. Chapternya lengkap, GRATIS, tanpa download aplikasi, tanpa log in, tanpa koin, tanpa langganan premium, dan update tiap hari๐ฅณ
Ch. 66 - Whispers of Collapse
Sejak hari ketika Axel pergi darinya dengan langkah lesu itu, Sandrine hampir tidak pernah lagi berpapasan langsung dengannya di Cascade Tower. Axel selalu mencari cara untuk menghindari rapat, kadang pura-pura sakit, kadang menghilang, kadang sengaja datang terlambat sampai acara sudah selesai. Bagian manapun yang memerlukan kehadirannya sebagai pewaris… selalu membuatnya alergi.
Dan karena itu, Sandrine jarang melihat wajahnya lagi.
Waktu berjalan. Minggu berganti minggu, kemudian bulan. Laporan tentang kekacauan Axel tetap datang, tapi sosoknya jarang muncul di depan mata Sandrine. Hingga ada masa ketika, tanpa benar-benar disadari kapan mulainya, Axel tiba-tiba berubah lagi.
Ia tak lagi kacau seperti dulu. Masih berantakan, ya. Tapi ada sesuatu yang lebih… dingin. Seperti seseorang yang sedang mengering dari dalam.
Setiap kali mereka tak sengaja berpapasan di lorong kantor, Axel tidak menatapnya. Tidak menyapa. Tidak pura-pura sopan. Tidak juga mencoba bersikap santai seperti dulu. Ia melewatinya seolah Sandrine hanyalah udara. Seolah Axel tidak mengenalnya sama sekali.
Awalnya, itu membuat Sandrine canggung. Ada sedikit nyeri, samar tapi jelas, seperti bekas memar lama yang disentuh lagi.
Namun lama-kelamaan, Sandrine mulai merasakan sesuatu yang lain: ketidaknyamanan. Bukan karena Axel mengabaikannya… tapi karena cara Axel menjauh justru terlalu disengaja. Terlalu dingin.
Seperti ada kejengkelan yang ia tahan.
Dan suatu hari, ketika Axel menoleh ke arahnya, sekilas saja, Sandrine menangkap tatapan itu. Tatapan yang bukan benci, bukan marah, bukan sedih. Lebih seperti… muak.
Seperti kehadirannya membuat Axel ingin membuang muka.
Butuh beberapa waktu bagi Sandrine untuk menyadari kenapa.
Axel membenci orang-orang yang terlalu dekat dengan ayahnya. Ia selalu begitu. Ia membenci Richard, kakak iparnya, karena Axel menganggapnya penjilat kelas satu. Seseorang yang menyusu pada kekuasaan keluarga, menempel demi keuntungan.
Dan saat Axel melihat Sandrine hampir tiap hari berada di sisi Trias, mengurus rapat, menyiapkan dokumen, berbicara kepada para direktur, dan menerima perintah langsung dari Trias…
Tentu saja.
Axel menganggap Sandrine sama seperti Richard.
Ia muak bukan kepada Sandrine sebagai Sandrine, tapi kepada Sandrine sebagai "orang ayahnya."
Ketika menyadari itu, Sandrine terdiam lama di meja kerjanya. Ada sesuatu yang menggelitik dada, campuran getir dan lega.
Getir, karena Axel kini tidak ingin melihatnya.
Lega, karena Axel kini tidak ingin melihatnya.
Jika Axel mengabaikannya, itu berarti Axel tidak punya perasaan apa pun lagi. Tidak kecewa. Tidak berharap. Tidak marah karena masa lalu. Tidak peduli.
Justru itu membuat segalanya terasa lebih aman.
Artinya Sandrine tidak perlu khawatir Axel akan mengacaukan rumah tangganya. Tidak perlu takut Sabian terseret dalam kekacauan masa lalu. Tidak perlu khawatir jika Axel akan mencari-cari kedekatan, atau mengungkit apa pun yang sebaiknya sudah mati sejak lama.
Mereka benar-benar berada di jalan masing-masing sekarang. Tidak bersinggungan. Tidak saling mengganggu. Tidak akan pernah lagi menjadi ancaman bagi satu sama lain.
Dan meski ada sedikit keperihan yang ia usahakan untuk tidak diperhatikan, Sandrine merasa begini lebih baik. Begini lebih aman.
Untuk Axel.
Untuk Sabian.
Untuk dirinya sendiri.
**
Tapi, kekacauan Axel tidak berhenti di Infinite Hotel. Selalu bereskalasi. Mulai bekerja meski setengah hati, menghadiri rapat Cascade Group dengan terpaksa, tapi juga tetap melakukan apa yang disukainya.
Reuni dengan “teman-temannya” dari Amerika, membuat ayahnya lagi-lagi tidak habis pikir.
Kali ini apa lagi yang akan terjadi?
Dion, teman palsu yang dulu pernah dibayar Trias untuk “mengawasi” Axel, tapi pada kenyataannya hanya memanfaatkannya.
Jethro, anak pengusaha tambang yang kekayaannya besar tapi kontrol dirinya nol.
Dan Steven, yang paling tidak berbahaya, tapi bekerja di industri hiburan dan membuat Axel bertemu banyak sosialita ibu kota, termasuk perempuan-perempuan yang termasyhur, lebih tua, dan biasanya tahu persis bagaimana memanfaatkan anak orang kaya yang terluka.
Dengan jaringan Steven-lah Axel masuk ke lingkaran selebriti. Dan dari situlah skandal itu meledak.
Foto-foto Axel dan Mia Selena, artis film paling panas tahun itu, tersebar di internet. Foto yang biasa saja, tapi cukup untuk menghancurkan wibawa Trias kalau dibiarkan. Sandrine ingat hari itu: Trias tidak berteriak, tidak marah, tidak memecahkan apa pun.
“Anak itu benar-benar ingin mati.”
Trias mengancam agensi Mia untuk menjauhkan artisnya dari Axel, lalu memberi peringatan pada setiap media yang memuat foto-foto mereka. Dalam hitungan jam, berita itu mulai menghilang. Namun agensi masih perlu melakukan satu hal lagi, membalikkan persepsi publik.
Mereka membuat settingan hubungan baru untuk Mia: memasangkannya dengan seorang selebriti pendatang baru yang sengaja dipilih karena memiliki postur, tinggi badan, dan siluet yang sangat mirip dengan Axel. Foto-foto mereka dirilis ke publik, lengkap dengan “kebocoran” yang tampak alami, jalan malam bersama, masuk mobil yang sama, bahkan potongan video yang sengaja direkayasa.
Perlahan, publik mulai percaya bahwa pria di foto skandal sebelumnya bukan Axel, melainkan selebriti baru itu. Narasi pun bergeser, dan nama Axel menjauh dari skandal itu.
Trias mau tidak mau selalu membersihkan jejak putranya tanpa ragu… meski Axel sendiri terus berlari menjauh dari kendalinya.
Tapi Axel tidak berhenti. Ia terus mengencani selebriti lain. Model lain. Sosialita lain.
Dan ketika Sandrine kira Axel sudah mencapai puncak kekacauan, ternyata belum.
Akhirnya ia dan empat temannya membuka klub VIP baru di kawasan Cascade, Horizone. Klub itu langsung menjadi sensasi di media sosial. Banyak yang berspekulasi bahwa pemiliknya adalah pewaris Tjaraka untungnya Axel bermain aman menggunakan identitas lamanya: Rayden Cho, identitas pemberian Wenzy Liu.
Bagi dunia hiburan malam, itu terasa seperti meteor jatuh. Bagi Sandrine, itu seperti firasat buruk yang akhirnya berwujud nyata. Yang anehnya, kali ini Trias tidak menghentikan putranya menjadi badut di klub malam itu. Sebaliknya, ia hanya mendengus dan berkata:
“Klub itu akan hancur sendiri. Teman-temannya itu… semuanya bencana. Mereka akan kena batunya.”
Dan benar saja, klub itu jadi sarang masalah.
Perkelahian antar geng sosialita. Kasus pelecehan antartamu. Drama selebriti cemburu. Pesta yang berakhir kericuhan. Tapi Axel tetap keras kepala. Tetap tidak bisa diatur sepanjang tahun.
Dan di belakang Axel, Trias mengancam Dion untuk tak melibatkan putranya dalam kekacauan apa pun yang terjadi di Horizone. Entah itu peredaran obat-obatan, prostitusi, pelecehan, dan sejenisnya. Dion sudah pasti mematuhinya karena dialah yang membujuk Axel untuk membuka klub itu demi membangun bisnisnya sendiri.
Hingga suatu hari, Axel tiba-tiba hilang lagi. Tidak hadir di Infinite Hotel. Tidak muncul di klub. Tidak datang ke Cascade Tower. Tidak membalas pesan siapa pun termasuk Jay.
Axel ternyata pergi ke Bali. Ke tempat Kellan dan Nixie tinggal. Saat mendengar kabar itu dari Jay, Sandrine merasakan jantungnya turun ke perut.
Badai yang dulu ia kira sudah lewat sebenarnya baru mulai mengumpulkan angin.
**
Sandrine tahu ada sesuatu yang salah sejak mendengar Axel “menghilang” lagi. Ia sudah hafal polanya: kekacauan, menghilang, muncul dengan masalah baru. Tapi kali ini berbeda. Begitu Jay menyebut Bali, perut Sandrine langsung mengencang.
Sandrine sempat menghubungi Kellan untuk memastikan apakah Nixie dan Axel tidak ribut. Tapi Kellan sudah mengantisipasinya. Remi juga memastikan hal yang sama sebisanya. Tidak ada masalah. Kecuali yang memang dibuat Axel sendiri.
Di Bali, Axel tetap sama. Mabuk, beach club dan membawa perempuan asing pulang. Sampai dia bertemu Remi dan Axel mulai menempelinya seperti anak anjing.
Kabar Axel mengejar-ngejar Remi seperti kisah remaja romantis. Tapi, Remi adalah gadis yang berbeda dari kebanyakan gadis yang dikenal Sandrine.
Remiranda Irawan tidak mudah goyah. Di matanya, mereka hanya anak-anak kaya yang problematik dan ia sudah sering melihat tingkah itu sejak kecil. Gangguan Axel baginya hanyalah tingkah aneh anak majikan yang kadang berlebihan. Begitu jugalah dia menghadapi sifat Kellan selama ini sebagai bosnya.
Remi juga sempat mengatakan pada Sandrine dia tidak menyukai Axel dan Remi percaya, Axel mengejar-ngejar dirinya hanya karena penasaran.
"Sekali pun semua laki-laki di dunia ini habis dan menyisakan anak-anak Tjaraka saja, aku lebih memilih melompat ke jurang.
Begitu katanya. Setelah pacarnya yang terakhir ketahuan selingkuh lagi, Remi mulai merencanakan untuk meninggalkan keluarga Tjaraka.
Lalu kabar berikutnya tiga kombinasi yang absurd itu: Axel, Kellan dan Remi berlibur ke Buleleng menjelang akhir tahun. Perjalanan itu terdengar seperti reuni masa kecil biasa. Sebuah liburan singkat ke vila.
Tapi firasat Sandrine langsung menolak anggapan itu. Awalnya semua tampak normal meski masih terasa ganjil. Kellan tidak seharusnya ikut dengan mereka sekali pun Nixie meninggalkannya begitu saja ke Surabaya.
Dan ketika kabar buruk itu datang, Jay menyampaikannya pada Trias dengan nafas terengah melalui sambungan telepon.
Perkelahian terjadi di vila. Bukan perselisihan kecil. Bukan benturan ego sesaat. Pertarungan.
Kellan dan Axel sama-sama terluka parah. Remi kembali menjadi saksi kegilaan mereka. Nixie juga ada di sana menjerit histeris. Para pekerja vila berusaha melerai tapi malah terluka.
Sandrine sudah bisa menebak apa yang sebenarnya terjadi di sana. Ia merasakan tubuhnya melemah saat mendengarnya dari Jay. Ia tidak terkejut, tetapi ketakutan itu nyata.
Nixie meneleponnya tidak lama setelah itu. Tanpa basa basi, tanpa menanyakan kabar lebih dulu. Hanya semburan tangis dan rasa bersalah.
"Sandrine... maafkan aku... ini semua salahku... seharusnya aku tidak mengatakannya... aku mohon maafkan aku... aku... aku... aku mohon maafkan aku...."
Untuk sesaat Sandrine kebingungan. Tapi kemudian ia tahu bahwa Nixie yang mabuk mengatakan hal-hal yang seharusnya tidak dia katakan pada Axel hanya untuk menyingkirkan Axel dari hidup Kellan.
Axel sudah tahu semuanya.
Bahwa Sandrine pernah menunggu.
Bahwa Sandrine pernah mencintainya.
Jarak aman, peran profesional, batas-batas yang rapat, semuanya akan runtuh karena pengetahuan itu.
Axel tidak hanya pulang dengan wajah penuh luka. Tapi juga dengan kebenaran.
Komentar
0 comments